Bukan kehidupan namanya jika hanya satu dimensi..
Kehidupan akan sempurna dan indah
bila telah melewati serangkaian untaian butiran suka, duka, derita, bahagia, gembira, gagal sukses, pasang, surut...
Untuk melewati semua itu,
diperlukan keberanian, kesabaran, kekuatan, dan perjuangan
untuk terus meniti, berjalan, mendaki..
Sebab,
seperti tasbih yang melingkar, kehidupan pun demikian.
Ke mana pun kita pergi dan berlari, tetap masih dalam lingkaran takdir ALLAH.
DariNya, kehidupan dimulai dan kepada-Nya akan berakhir...
Mungkin itukah yang kemudian tasbih identik dengan dzikir,
mengingat ALLAH SWT.
Tasbih menjadi tanda kesolehan, kedekatan hamba pada Allah..
Namun,
Sebenarnya tasbih juga penanda perjuangan dan semangat.
Gambaran kehidupan sejati...
Juga cinta.
Akal manusia terlalu cetek
jika mengira tasbih hanya sesuai untuk mereka yang dekat dengan maut.
Salah, Dalam kehidupan di dunia yg sesungguhnya,
tasbih adalah wakil jiwa yang selalu bergerak,
tidak pernah berhenti, pantang menyerah, tidak mengenal putus asa,
untuk meraih yang lebih tinggi,
bahwa hidup adalah kurnia paling berharga untuk mahkluk yang bernama manusia.
Maka,
jangan pernah mengharap cinta, bila engkau tidak memiliki keberanian.
Jangan memeluk cinta, bila takut gagal, kecewa, dan sakit hati.
Semua itu adalah perkara yang akan ditemukan oleh siapapun dalam meraih cinta...
Cinta.
Bolehkah aku memahami cinta melalui benda ini?
Mengapa tidak. Cinta adalah sisi lain yg tidak bisa dipisahkan dari kehidupan.
Tasbih adalah keutuhan yg diikat pada sebuah simpul.
Hal itu dilakukan agar butiran butiran kecil dapat menyatu, saling tertautan, seimbang, dan bila dilihat tampak indah..
Cinta juga akan menjadi indah jika diterima sebagai keutuhan.
Mencintai adalah aktiviti berat yg memerlukan keberanian untuk menerima yang dicintai dengan utuh.
dari sudut kelebihan, sudah pasti mudah menerimanya.
Tapi, bagaimana sudut lainnya yang pasti ada kekurangan, kelemahan.
Semudah itukah menerimanya... ???
Agar cinta juga menjadi abadi dan kuat,
diperlukankan kesediaan dua hujungnya untuk diikat dalam satu simpul yang kukuh.
Tanpa ikatan, tanpa simpul,
cinta akan terburai menjadi butiran-butiran egoisme yang tercerai berai.
Bila demikian, bolehkah cinta dipandang sebagai sebuah keindahan ???
Bahkan,
apakah boleh disebut cinta
bila untuk saling berdekatan hati saja, sudah tidak mampu...???
No comments:
Post a Comment