Assalamualaikum....
Rasulullah SAW bersabda: Akan datang suatu masa, dalam waktu dekat,
ketika bangsa-bangsa (musuh-musuh Islam) bersatu-padu mengalahkan
(memperebutkan) kalian. Mereka seperti gerombolan orang rakus yang
berkerumun untuk berebut hidangan makanan yang ada di sekitar mereka”.
Salah seorang shahabat bertanya: “Apakah karena kami (kaum Muslimin)
ketika itu sedikit?” Rasulullah menjawab: “Tidak! Bahkan kalian waktu
itu sangat banyak jumlahnya. Tetapi kalian bagaikan buih di atas lautan
(yang terombang-ambing). (Ketika itu) Allah telah mencabut rasa takut
kepadamu dari hati musuh-musuh kalian, dan Allah telah menancapkan di
dalam hati kalian ‘wahn’”. Seorang shahabat Rasulullah bertanya: “Ya
Rasulullah, apa yang dimaksud dengan ‘wahn’ itu?” Dijawab oleh
Rasulullah saw.: “Cinta kepada dunia dan benci kepada mati”. (Riwayat
Imam Bukhari)
Bila kita
merenungi makna hadits di atas, prediksi Rasulullah terhadap akhlak
umatnya di akhir zaman kiranya telah nyata di depan mata kita. Sikap,
perkataan, dan tingkah laku ummat Islam sekarang telah membuktikan
ucapan nabi empat belas abad yang lalu. Umat Islam sulit diajak untuk
mengamalkan Islam dengan sungguh-sungguh dan benar. Kosongnya mushalla,
meunasah dan mesjid dari jama’ah telah menjadi ciri-ciri kebobrokan umat
Islam sekarang ini.
Sungguh tidak sebanding antara pertumbuhan
penduduk di suatu wilayah, desa atau kota dengan pertumbuhan jumlah
jama’ah di tempat-tempat ibadah. Kita melihat kaum muslimin berkerumun
di sekitar mushalla, meunasah atau mesjid saat suara azan berkumandang,
namun sedikit dari mereka yang memenuhi seruan azan tersebut. Di
kantor-kantor pemerintah telah tersedia mushalla atau masjid, akan
tetapi saat azan menggema orang masih saja nongkrong di tempatnya
padahal saat itu kesibukan kantor telah dihentikan untuk sementara.
Inilah secuplik gambaran kondisi kaum muslimin saat ini. Kenapa hal ini
terjadi? Karena mereka lebih mencintai kehidupan dunia ketimbang
kehidupan dan kepentingan akhirat. Mereka lebih mengutamakan kelezatan
dunia yang sementara ini dibandingkan dengan kekekalan negeri akhirat
yang tidak ada ujungnya. Inilah yang disebut nabi, hubbuddunya wa
karahiyatul akhirah (mencintai kehidupan dunia dan benci terhadap
kehidupan akhirat). Hampir dipastikan kalau orang telah menggenggam
dunia erat-erat maka akhirat akan terlepaskan, sebaliknya kalau telah
menggenggam akhirat maka dunia akan tergenggam dengan sendirinya.
Jadi merebaknya pembunuhan, perampokan, pemerkosaan, perzinaan,
korupsi, suap-menyuap dan bentuk kemaksiatan lainnya adalah akibat dari
mengindapnya penyakit kronis cinta dunia dan benci akhirat. Sebagai
illustrasi sederhana kita berbangga dengan memiliki satu karung mentimun
Aceh. Akan tetapi setelah dibuka ternyata hanya sebagian kecil saja
yang bisa diandalkan yang lainnya semuanya kerdil (bingko). Atau
banyaknya kaum muslimin bagaikan buih di lautan yang tidak ada nilai dan
manfaatnya. --- share dari link fb --- — PENYAKIT CINTA DUNIA
Bila kita merenungi makna hadits di atas, prediksi Rasulullah terhadap akhlak umatnya di akhir zaman kiranya telah nyata di depan mata kita. Sikap, perkataan, dan tingkah laku ummat Islam sekarang telah membuktikan ucapan nabi empat belas abad yang lalu. Umat Islam sulit diajak untuk mengamalkan Islam dengan sungguh-sungguh dan benar. Kosongnya mushalla, meunasah dan mesjid dari jama’ah telah menjadi ciri-ciri kebobrokan umat Islam sekarang ini.
Sungguh tidak sebanding antara pertumbuhan penduduk di suatu wilayah, desa atau kota dengan pertumbuhan jumlah jama’ah di tempat-tempat ibadah. Kita melihat kaum muslimin berkerumun di sekitar mushalla, meunasah atau mesjid saat suara azan berkumandang, namun sedikit dari mereka yang memenuhi seruan azan tersebut. Di kantor-kantor pemerintah telah tersedia mushalla atau masjid, akan tetapi saat azan menggema orang masih saja nongkrong di tempatnya padahal saat itu kesibukan kantor telah dihentikan untuk sementara.
Inilah secuplik gambaran kondisi kaum muslimin saat ini. Kenapa hal ini terjadi? Karena mereka lebih mencintai kehidupan dunia ketimbang kehidupan dan kepentingan akhirat. Mereka lebih mengutamakan kelezatan dunia yang sementara ini dibandingkan dengan kekekalan negeri akhirat yang tidak ada ujungnya. Inilah yang disebut nabi, hubbuddunya wa karahiyatul akhirah (mencintai kehidupan dunia dan benci terhadap kehidupan akhirat). Hampir dipastikan kalau orang telah menggenggam dunia erat-erat maka akhirat akan terlepaskan, sebaliknya kalau telah menggenggam akhirat maka dunia akan tergenggam dengan sendirinya.
Jadi merebaknya pembunuhan, perampokan, pemerkosaan, perzinaan, korupsi, suap-menyuap dan bentuk kemaksiatan lainnya adalah akibat dari mengindapnya penyakit kronis cinta dunia dan benci akhirat. Sebagai illustrasi sederhana kita berbangga dengan memiliki satu karung mentimun Aceh. Akan tetapi setelah dibuka ternyata hanya sebagian kecil saja yang bisa diandalkan yang lainnya semuanya kerdil (bingko). Atau banyaknya kaum muslimin bagaikan buih di lautan yang tidak ada nilai dan manfaatnya. --- share dari link fb --- — PENYAKIT CINTA DUNIA
No comments:
Post a Comment