Konsep Ikhlas
KONSEP IKHLAS
Ikhlas merupakan syarat diterimanya suatu amal perbuatan di samping
syarat lainnya yaitu mengikuti tuntunan Rasulullah SAW. Ibnu Mas’ud
pernah berkata “Perkataan dan perbuatan seorang hamba tidak akan
bermanfaat kecuali dengan niat (ikhlas), dan tidaklah akan bermanfaat
pula perkataan, perbuatan dan niat seorang hamba kecuali yang sesuai
dengan sunnah (mengikuti Rasulullah SAW)”
Banyak para ulama
yang memulai kitab-kitab mereka dengan membahas permasalahan niat
(dimana hal ini sangat erat kaitannya dengan keikhlasan), di antaranya
Imam Bukhari dalam kitab shohihnya, Imam Al Maqdisi dalam kitab Umdatul
Ahkam, Imam Nawawi dalam kitab Arbain Nawawi dan Riyadhus Sholihinnya,
Imam Al Baghowi dalam kitab Masobihis sunnah serta ulama-ulama lainnya.
Hal ini menunjukkan betapa pentingnya keikhlasan tersebut. Namun, apakah
sesungguhnya makna dari ikhlas itu sendiri ?
Yang dimaksud
dengan ikhlas adalah ketika kita menjadikan niat dalam melakukan suatu
amalan hanyalah karena Allah semata, melakukannya bukan karena selain
Allah, bukan karena riya (ingin dilihat manusia) ataupun sum’ah (ingin
didengar manusia), bukan pula karena ingin mendapatkan pujian serta
kedudukan yang tinggi di antara manusia, dan juga bukan karena tidak
ingin dicela oleh manusia. Apabila melakukan suatu amalan hanya karena
Allah semata bukan karena kesemua hal tersebut, maka itulah ikhlas.
Sebagian org menyangka bahwa yang namanya keikhlasan itu hanya ada dalam
perkara2 ibadah semata seperti sholat, puasa, zakat, membaca al qur’an,
haji dan amal-amal ibadah lainnya. Pdhl keikhlasan harus ada pula dalam
amalan2 yang berhubungan dengan muamalah. Ketika kita tersenyum
terhadap seseorg, kita harus ikhlas. Ketika mengunjungi saudara atau
teman, kita harus ikhlas. Ketika meminjamkan suatu barang yang seseorg
butuhkan, kitapun harus ikhlas.
Rasulullah SAW bersabda : “Ada
seorang laki-laki yang mengunjungi saudaranya di kota lain, maka Allah
mengutus malaikat di perjalanannya, ketika malaikat itu bertemu
dengannya, malaikat itu bertanya “hendak ke mana engkau ?” maka dia pun
berkata “Aku ingin mengunjungi saudaraku yang tinggal di kota ini”. Maka
malaikat itu kembali bertanya “Apakah engkau memiliki suatu kepentingan
yang menguntungkanmu dengannya ?” orang itu pun menjawab: ”tidak, hanya
saja aku mengunjunginya karena aku mencintainya karena Allah, malaikat
itu pun berkata: “sesungguhnya aku adalah utusan Allah untuk mengabarkan
kepadamu bahwa sesungguhnya Allah mencintaimu sebagaimana engkau
mencintai saudaramu itu karenaNya” (HR Muslim).
Hadits ini
menjelaskan bhw jika seseorang mengunjungi saudaranya hanya karena
Allah, maka sebagai balasannya, Allah pun mencintai orang tersebut.
Dalam hadits lain, Rasulullah SAW bersabda: “Tidaklah engkau menafkahi
keluargamu yang dengan perbuatan tersebut engkau mengharapkan wajah
Allah, maka perbuatanmu itu akan diberi pahala oleh Allah, bahkan sampai
sesuap makanan yang engkau letakkan di mulut istrimu” (HR Bukhari
Muslim).
Sesungguhnya yang diwajibkan dalam amal perbuatan kita
bukanlah banyaknya amal namun tanpa keikhlasan. Amal yang dinilai kecil
di mata manusia, apabila kita melakukannya ikhlas karena Allah, maka
Allah akan menerima dan melipat gandakan pahala dari amal perbuatan
tersebut. Betapa banyak amalan yang kecil menjadi besar karena niat, dan
betapa banyak pula amal yang besar menjadi kecil hanya karena niat.
Rasulullah SAW bersabda : “Seorang laki-laki melihat dahan pohon di
tengah jalan, ia berkata : demi Allah aku akan singkirkan dahan pohon
ini agar tidak mengganggu kaum muslimin, Maka ia pun masuk surga
karenanya” (HR Muslim).
Betapa kecilnya amalan yang dia
lakukan, namun hal itu sudah cukup bagi dia untuk masuk surga karenanya.
Dalam hadits lain Rasulullah SAW bersabda : “Dahulu ada seekor anjing
yang berputar-putar mengelilingi sumur, anjing tersebut hampir-hampir
mati karena kehausan, kemudian hal tersebut dilihat oleh salah seorang
pelacur dari bani israil, ia pun mengisi sepatunya dengan air dari sumur
dan memberikan minum kepada anjing tersebut, maka Allah pun mengampuni
dosanya ” (HR Bukhari Muslim).
Subhanallah, seorang pelacur
diampuni dosanya oleh Allah hanya karena memberi minum seekor anjing,
betapa remeh perbuatannya di mata manusia, namun dengan hal itu Allah
mengampuni dosa-dosanya. Maka bagaimanakah pula apabila seandainya yang
dia tolong adalah seorang muslim ? Dan sebaliknya, amal perbuatan yang
besar nilainya, seandainya dilakukan tidak ikhlas, maka hal itu tidak
akan berfaedah baginya.
Dalam sebuah hadits dari Abu Umamah Al
Bahili , dia berkata : seorang laki-laki datang kepada Rasulullah dan
bertanya : "wahai Rasulullah, bagaimana pendapatmu tentang seseorang
yang berperang untuk mendapatkan pahala dan agar dia disebut-sebut oleh
orang lain?", maka Rasulullah SAw pun menjawab : "Dia tidak mendapatkan
apa-apa". Orang itu pun mengulangi pertanyaannya tiga kali, Rasulullah
SAW pun menjawab : "Dia tidak mendapatkan apa-apa". Kemudian beliau
berkata : "Sesungguhnya Allah tidak akan menerima suatu amalan kecuali
apabila amalan itu dilakukan ikhlas karenanya” (HR. Abu Daud dan Nasai).
Seseorang yang telah beramal ikhlas karena Allah (di samping amal
tersebut harus sesuai dengan tuntunan Rasulullah SAW), maka keikhlasan
tersebut akan mampu mencegah setan untuk menguasai dan menyesatkannya.
Allah berfirman tentang perkataan Iblis laknatullah alaihi:
Iblis menjawab: “Demi kekuasaan Engkau aku akan menyesatkan mereka
semuanya, Kecuali hamba-hamba-Mu yang ikhlas di antara mereka” (Shod :
82-83).
Buah lain yang akan didapatkan oleh orang yang ikhlas
adalah orang tersebut akan Allah jaga dari perbuatan maksiat dan
kejelekan, sebagaimana Allah berfirman tentang Nabi Yusuf:
“Demikianlah, agar Kami memalingkan dari padanya kemungkaran dan
kekejian. Sesungguhnya Yusuf itu termasuk hamba-hamba Kami yang ikhlas. ”
( Yusuf : 24).
Pada ayat ini Allah mengisahkan tentang
penjagaan Allah terhadap Nabi Yusuf sehingga beliau terhindar dari
perbuatan keji, padahal faktor-faktor yang mendorong beliau untuk
melakukan perbuatan tersebut sangatlah kuat. Akan tetapi karena Nabi
Yusuf termasuk orang-orang yang ikhlas, maka Allah pun menjaganya dari
perbuatan maksiat.
Semoga Allah SWT senantiasa menjaga kita
dari segala kemaksiatan dan menjadikan kita termasuk orang-orang yang
ikhlas. Amin ya Robbal alamin...
Wallaahu a'lam
No comments:
Post a Comment