share dari link fb ~Kumpulan Foto Ulama dan Habaib
TANGGAPAN AL-HABIB MUNDZIR AL-MUSAWA TENTANG IKHWANUL MUSLIMIN & KHILAFAH
Niat mereka baik, namun telah terkotori oleh akidah Wahabi dan pemahaman yang menolak bermadzhab dengan madzhab yang shahih dan diakui oleh ribuan para Imam dan Hujjatul Islam. Mereka cenderung memisahkan diri, sedangkan Nabi Saw. telah bersabda: “Barangsiapa yang memisahkan diri sejengkal dari jamaah muslimin lalu mereka wafat dalam keadaan itu, maka mereka mati dalam kematian jahiliyah.” (Shahih Bukhari).
Niat untuk mendirikan negara yang bersyariahkan Islam yang mereka cita-citakan tidak didasari dengan keluasan ilmu yang mendalam, karena Islam tidak pernah mengenal negara yang bersyariahkan Islam. Khilafah Islamiyah adalah untuk dunia, bukan untuk suatu negara. Rasul Saw. berhasil sukses dalam pengaturan dakwah dari Madinah, namun Rasul Saw. tak menamakan “Negara Madinah” atau “Negara Mekkah” atau nama suatu negara, karena Islam bukan untuk suatu negara, tapi untuk dunia.
Khalifah tidak pernah muncul dengan kekerasan dan perebutan kekuasaan. Rasul Saw. adalah penguasa tertinggi Islam yang berpusatkan di Madinah, namun Rasul Saw. tetap membiarkan Abdullah bin Ubay bin Salul sebagai penguasa Madinah, padahal ia adalah gembong munafik yang dilaknat Allah Swt.
Rasul Saw. tidak merebut kekuasaan lalu bertahta sebagai pimpinan negara, beliau adalah pemimpin seluruh manusia, namun beliau Saw. mengajarkan bahwa Islam tidak memperebutkan kekuasaan.
Ketika seorang Anshar berkata pada Rasul Saw.: “Beri kami kekuasaan/jabatan wahai Rasulullah.” Maka Rasul Saw. menjawab: “Kami tidak memberikan kekuasaan/jabatan pada orang yang memintanya.” (Shahih Bukhari).
Rasul Saw. bersabda: “Taatlah pada pemimpin muslim kepada hal yang kalian sukai dan kalian tidak sukai, namun jika diperintah untuk berbuat dosa maka jangan ditaati perintah itu.” (Shahih Bukhari).
Rasul Saw. tidak pernah mengajarkan untuk merebut kekuasaan, walau pada pemimpin yang dzalim, selama ia muslim.
Berkata Hudzaifah ibnu al-Yaman kepada Rasul Saw.: “Wahai Rasulullah, kami dulu dalam kejahiliyahan dan kejahatan, lalu kini kami dalam hidayah dan kebaikan, namun apakah setelah kebaikan ini akan datang keburukan dan kejahatan?”
Rasul Saw. menjawab: “Betul.”
Hudzaifah Ra. bertanya kembali: “Lalu apakah setelah kejahatan itu akan muncul kebaikan lagi?”
Rasul Saw. menjawab: “Betul.”
Hudzaifah Ra. kemudian bertanya lagi: “Apakah setelah kebaikan itu ada kejahatan lagi?”
Rasul Saw. menjawab: “Betul.”
Hudzaifah Ra. kemudian bertanya: “Bagaimana keadaan buruk saat itu?”
Rasul Saw. menjawab: “Akan muncul para pemimpin setelahku, mereka tidak berjalan dengan petunjukku dan tidak menjalankan sunnahk. Dan akan muncul pada mereka manusia berhati syaitan dan bertubuh manusia.”
Hudzaifah Ra. kemudian bertanya lagi: “Bagaimana jika aku menemui masa itu wahai Rasulullah, apa yang harus kuperbuat?”
Rasul Saw. menjawab: “Tetaplah taati penguasamu, walau ia mencambuk punggungmu dan merampas hartamu, tetaplah taat padanya.” (Shahih Muslim).
Juga teriwayatkan ketika para tabi’in mengadukan kejahatan Khalifah Hajjaj kepada Anas bin Malik Ra., maka Anas bin Malik Ra. berkata: “Bersabarlah.” (Shahih Bukhari)
Jelas sudah bahwa Rasul Saw. tidak mengajarkan pemberontakan apalagi perebutan kekuasaan walau pada pemimpin yang dzalim selama ia muslim. Karena Rasul Saw. memahami ketika muslimin memberontak pada pemimpin yang dzalim maka pemimpin itu akan membantai muslimin dan ulama, maka Islam hancur sendiri dan membuat musuh Islam tertawa senang, karena mereka tak perlu susah payah menghancurkan muslimin, karena muslimin sudah saling hantam dan orang baik serta ulama sudah dibantai dan dibunuh oleh penguasa muslimnya sendiri.
Inilah yang tidak diinginkan oleh Rasul Saw. Rasul Saw. menginginkan muslimin bersabar jika ada pemimpin muslim yang jahat, namun tentunya para ulama menyiapkan generasi calon pemimpin-pemimpin yang baik, yang kemudian bisa menggantikan si jahat. Namun itu semua hanya bisa terjadi jika ulama banyak dan tidak dimusuhi atau diperangi oleh penguasa yang dzalim.
Sebagian saudara kita muslimin tidak faham hal ini, mereka ingin membuat negara dengan merebut kekuasaan, padahal itu bukan ajaran Rasul Saw.
Khalifah Abubakar ash-Shiddiq Ra. tidak mau menjadi khalifah namun dipaksa oleh sahabat. Khalifah Umar Ra. tidak mau menjadi khalifah namun diperintah oleh Abubakar ash-Shiddiq Ra. Khalifah Ustman Ra. tidak mau menjadi khalifah namun sudah diisyaratkan oleh Umar Ra. sebelum wafat. Khalifah Ali Kw. lari dari kejaran sahabat untuk dijadikan khalifah namun akhirnya ia terima karena dipaksa dengan keras. Semua khalifah tidak ada yang mencalonkan dirinya sebagai pemimpin atau menjatuhkan pemimpin muslim lainnya walau dzalim.
Sayyidina Hasan bin Ali Ra. menyerahkan khalifahnya kepada Muawiyah demi tidak terjadi perpecahan pada muslimin. Sayyidina Husein Ra. datang bersama keluarganya untuk mendatangi undangan muslimin dan bukan untuk berperang dengan Yazid bin Muawiyah, namun kemudian ia difitnah hingga Yazid bin Muawiyah membunuhnya.
Jika Sayyidina Husein Ra. berniat memerangi Yazid dan merebut kekuasaan, maka ia tak akan membawa anak anak dan istrinya dan para kerabatnya yang wanita. Itu membuktikan bahwa Sayyidina Husein Ra. datang untuk kedamaian, namun difitnah seakan ia ingin merebut kekuasaan, maka ia pun dibunuh.
Inilah yang tak dikehendaki oleh Rasul Saw. Demikian saudaraku yang kumuliakan, semoga dalam kebahagiaan selalu, semoga sukses dengan segala cita-cita. Wallahu a’lam.
Sya’roni As-Samfuriy, Tegal 25 Maret 2013
Link asal klik di sini:
http://
No comments:
Post a Comment