01 September 2014

JANGAN HINAKAN NIKMAT ALLAH

share dari link fb ~Bicara Hidayah



JANGAN HINAKAN NIKMAT ALLAH


HIDUP kadang tak ubahnya seperti untaian benang panjang yang punya dua warna. Silih berganti warna itu menghias untaian benang. Ada warna suka, ada duka. Benang akan tampak menarik ketika terhias suka. Dan, akan dibenci ketika warna duka terlalui.


Namun demikian, sebagian orang kadang lupa bahwa seperti itulah warna kehidupan. Mungkin, keterbatasan rasa manusia yang bahagia ketika suka. Dan sedih ketika duka. Tak jarang, keterbatasan itu pun menggiring pandangannya kepada Pencipta Hidup. Bahwa, suka adalah kemuliaan-NYA. Dan, duka adalah penghinaan-NYA.


Dalam surah Al-Fajr ayat 15 dan 16, Allah subhanahu wa ta’ala berfirman, 


“Ada pun manusia apabila Tuhannya mengujinya lalu dimuliakannya dan diberinya kesenangan, maka dia berkata, ‘Tuhanku telah memuliakan-ku. Ada pun bila Tuhannya mengujinya lalu membatasi rezekinya maka dia berkata, ‘Tuhanku menghinakanku.”

Fakta takaran kemuliaan dan kehinaan dalam pandangan sebagian manusia berkait dengan seberapa besar anugerah Allah berupa KENIKMATAN. Semakin kaya seseorang, semakin besar kemuliaan yang ia terima. Dan semakin miskin seseorang, seperti itulah kehinaan yang Allah berikan.

Sebagian manusia mungkin merasa sulit untuk menterjemahkan bahwa hidup BUKAN dua takaran tadi. Teramat sulit buat mereka untuk menggunakan kacamata IMAN bahwa HIDUP ADALAH UJIAN. Dan ujian tidak melulu melekat pada satu warna. Dalam DUKA memang ada ujian. Pun, dalam SUKA ada ujian.

Penjelasannya begitu gamblang (mudah) ketika Allah subhanahu wa ta’ala berfirman dalam surah Al-Anbiyaa ayat 35. 

“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan.”

Jadi, ketika NIKMAT Allah diterjemahkan hanya dari satu sisi yaitu kesenangan, di situlah orang terjebak dalam kedangkalan nalarnya (logisnya) sendiri. Mereka akan bersyukur dan berterima kasih kepada Allah, kepada Yang Maha Pencipta, atas segala NIKMAT-NYA. Namun, ketika anugerah menempati sisi lain yang tak sesuai harapan, SYUKUR dan terima kasihnya lenyap. SYUKUR-nya menguap bersama kecewanya: Allah menghinakan saya.

Jadi, ridha atas segala sesuatu yang Allah berikan adalah pijakan awal dari lahirnya rasa SYUKUR seorang hamba. Terhadap anugerah apa pun: besar atau kecil. Ridha dengan anugerah yang besar adalah kesiapan diri agar senantiasa menjaga amanah, agar NIKMAT tidak terselewengkan dalam maksiat. Dan ridha dengan yang kecil adalah kebersihan hati dari buruk sangka atas pemberian Allah. 

Ketika ridha menutup segala prasangka, SYUKUR terungkap dengan seketika. Ia muncul dari hati yang dalam. Bersih tanpa pamrih (kepentingan peribadi). Lahir dari kesedaran bahwa tak seorangpun yang pernah dan akan memiliki sesuatu. Tak semua kesenangan melahirkan bahagia. Dan tak semua kesusahan membawa celaka. Semuanya pinjaman dari Allah. Dan akan kembali kepada-NYA pula. 

Jangan hinakan NIKMAT Allah. SYUKURILAH anugerah Allah apa adanya. Justru, dalam keridhaan dan SYUKUR itulah kenikmatan terasa ganda. Kita tidak sedang menikmati anugerah fisik saja. Melainkan, belaian kasih sayang Allah yang tak hingga. Nikmatilah warna-warni hidup. Karena hidup memang penuh warna.
_____________

Shared By Bicara Hidayah

Kredit: dakwatuna.com

Suntingan: Bicara Hidayah
 
Blog saya satu lagi yg boleh dilawati: http//jasminshahab205.blogspot.com

No comments:

Post a Comment