10 May 2014

SOLAT DAN SABAR SEBAGAI PENOLONG

share dari link fb ~Bicara Hidayah

SOLAT DAN SABAR SEBAGAI PENOLONG

”Dan mintalah pertolongan (kepada) Allah dengan sabar dan sholat. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu’ , ( yaitu ) orang-orang yang menyakini, bahwa mereka akan menemui Robb-nya dan bahwa mereka akan kembali kepada-Nya.” (Al Baqarah: 45-46 )

IBNU Katsir menjelaskan satu prinsip dan kaedah dalam memahami Al Qur’an berdasarkan ayat ini bahwa meskipun ayat ini bersifat khusus ditujukan kepada Bani Israel karena konteks ayat sebelum dan sesudahnya ditujukan kepada mereka, namun secara esensi bersifat umum ditujukan untuk mereka dan selain mereka. Bahkan setiap ayat Al Qur’an, langsung atau tidak langsung sesungguhnya lebih diarahkan kepada orang-orang yang beriman, karena hanya mereka yang mahu dan siap menerima pelajaran dan petunjuk apapun dari Kitabullah.

Maka peristiwa yang diceritakan Allah subhanahu wa ta’ala tentang Bani Israel, terkandung di dalamnya perintah agar orang-orang yang beriman mengambil pelajaran dari peristiwa yang dialami mereka. Begitulah kaedah dalam setiap ayat Al Qur’an sehingga kita bisa mengambil bahagian dari setiap ayat Allah subhanahu wa ta’ala. “Al-Ibratu Bi’umumil Lafzhi La Bikhusus sabab ” (Yang harus dijadikan dasar pedoman dalam memahami Al Qur’an adalah umumnya lafazh, bukan khususnya sebab atau peristiwa yang melatarbelakanginya).

Perintah dalam ayat di atas sekaligus merupakan solusi agar umat secara kolektif bisa mengatasi dengan baik segala kesulitan dan problematika yang datang silih berganti. Sehingga melalui ayat ini, Allah memerintahkan agar kita memohon pertolongan kepada-Nya dengan senantiasa mengedepankan sikap sabar dan menjaga solat dengan istiqamah. Kedua hal ini merupakan sarana meminta tolong yang terbaik ketika menghadapi berbagai kesulitan. Rasulullah salallahu 'alaihi wasallam selaku uswah hasanah, telah memberi contoh yang konkrit dalam mengamalkan ayat ini. Di dalam sebuah hadith yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dijelaskan bahwa,

“Sesungguhnya Rasulallahu ‘alaihi wasallam, apabila menghadapai suatu persoalan, baginda segera mengerjakan solat.”

Huzaifah bin Yaman menuturkan,

“Pada malam berlangsungnya perang Ahzab, saya menemui Rasulullah salallahu 'alaihi wasallam sementara beliau sedang solat seraya menutup tubuhnya dengan jubah. Bila beliau menghadapi persoalan, maka beliau akan mengerjakan solat.“ 

Bahkan Ali bin Abi Thalib menuturkan keadaan Rasulullah salallahu ‘alaihi wasallam pada perang Badar,

“Pada malam berlangsungnya perang Badar, semua kami tertidur kecuali Rasulullah, beliau solat dan berdo’a sampai pagi“ 

Dalam riwayat Ibnu Jarir dijelaskan bagaimana pemahaman sekaligus pengamalan sahabat Rasulullah salallahu ‘alaihi wasallam terhadap ayat ini. Diriwayatkan bahwa ketika Ibnu Abbas melakukan perjalanan, kemudian sampailah berita tentang kematian saudaranya Qatsum, ia langsung menghentikan kendaraanya dan segera mengerjakan solat dua raka’at dengan melamakan duduk. Kemudian ia bangkit dan menuju kendaraannya sambil membaca, “Jadikanlah sabar dan solat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat kecuali bagi orang-orang yang khusyu’“

Secara khusus untuk orang-orang yang beriman, perintah menjadikan sabar dan solat sebagai penolong ditempatkan dalam rangkaian perintah dzikir dan syukur.

“Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku, niscaya Aku ingat (pula) kepadamu dan bersyukurlah kepadaKu dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)Ku. Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan solat sebagai penolongmu. Sesungguhnya Allah subhanahu wa ta’ala senantiasa bersama dengan orang-orang yang sabar“. (Al-Baqarah: 152-153) 

Dalam kaitan dengan dzikir, menjadikan sabar dan solat sebagai penolong adalah dzikir. Siapa yang berdzikir atau mengingat Allah dengan sabar, maka Allah akan mengingatnya dengan rahmat.

BEBAN BERAT AKAN JADI RINGAN JIKA DIIRINGI DENGAN SABAR DAN SOLAT

Masih dalam konteks orang yang beriman, sikap sabar yang harus selalu diwujudkan adalah dalam rangka menjalankan perintah-perintah Allah subhanahu wa ta’ala, karena beban berat yang ditanggungnya akan terasa ringan jika diiringi dengan sabar dan solat.

Ibnul Qayyim mengkategorikan sabar dalam rangka menjalankan perintah Allah Taala termasuk sabar yang paling tinggi nilainya dibandingkan dengan sabar dalam menghadapi musibah dan persoalan hidup.

Syekh Sa’id Hawa menjelaskan dalam tafsirnya, Asas fit Tafasir kenapa sabar dan solat sangat tepat untuk dijadikan sarana meminta pertolongan kepada Allah subhanahu wa ta’ala. Beliau mengungkapkan bahwa sabar dapat mendatangkan berbagai kebaikan, sedangkan solat dapat mencegah dari berbagai perilaku keji dan munkar, disamping juga solat dapat memberi ketenangan dan kedamaian hati. Keduanya (sabar dan solat) digandingkan dalam kedua ayat tersebut dan tidak dipisahkan, karena sabar tidak sempurna tanpa solat, demikian juga solat tidak sempurna tanpa diiringi dengan kesabaran. Mengerjakan solat dengan sempurna menuntut kesabaran dan kesabaran dapat terlihat dalam solat seseorang.

Lebih terprinci (rinci), Syekh Sa’id Hawa menjelaskan sarana lain yang terkait dengan sabar dan solat yang bisa dijadikan penolong. Puasa termasuk ke dalam perintah meminta tolong dengan kesabaran karena puasa adalah separuh dari kesabaran. Sedangkan membaca Al-Fatihah dan doa termasuk ke dalam perintah untuk meminta tolong dengan solat karena Al-Fatihah itu merupakan bahagian dari solat, begitu juga dengan do’a.

Memohon pertolongan hanya kepada Allah merupakan ikrar yang selalu kita lafazkan dalam setiap solat kita, “Hanya kepada-Mu-lah kami menyembah dan hanya kepadaMulah kami mohon pertolongan“. Agar permohonan kita diterima oleh Allah, tentu harus mengikuti tuntunan dan petunjuk-Nya. Salah satu dari petunjuk-Nya dalam memohon pertolongan adalah dengan sentiasa bersikap sabar dan memperkuat hubungan yang baik dengan-Nya dengan menjaga solat yang berkualitas. Disinilah solat merupakan cerminan dari penghambaan kita yang tulus kepada Allah.

ESENSI SABAR

Esensi sabar menurut Abdurrahman bin Zaid bin Aslam dapat dilihat dari dua hal:

• Pertama, sabar karena Allah atas apa yang disenangi-Nya, meskipun terasa berat bagi jiwa dan raga. 
• Kedua, sabar karena Allah atas apa yang dibenci-Nya, walaupun hal itu bertentangan keinginan hawa nafsu. Siapa yang bersikap seperti ini, maka ia termasuk orang yang sabar yang Insya Allah akan mendapat tempat terhormat.

Betapa kita sangat membutuhkan limpahan pertolongan Allah subhanahu wa ta’ala dalam setiap aktivitas dan persoalan kehidupan kita. Adalah sangat tepat jika secara bersama-sama kita bisa mengamalkan petunjuk Allah subhanahu wa ta’ala dalam ayat di atas agar permohonan kita untuk mendapatkan pertolongan-Nya segera terealisasi. Amin

Oleh: Dr. Attabiq Luthfi, MA
________
Shared By Bicara Hidayah
Kredit: dakwatuna.com
 

blog saya satu lagi boleh dilawati :  http://jasminshahab205.blogspot.com/

No comments:

Post a Comment